
Jakarta (14/12/2024) - Acara puncak peringatan Hari Guru Nasional dan HUT ke-79 PGRI yang berlangsung di Jakarta pada Sabtu, 14 Desember 2024 tahun ini benar-benar terasa megah dan penuh haru. Bagaimana tidak, selain menghadirkan ribuan guru, tenaga kependidikan, dan dosen dari seluruh penjuru negeri, acara ini juga berhasil memikat perhatian banyak tokoh penting.
Dan di tengah hingar-bingar itu, Titiek Soeharto dinobatkan sebagai Ibunda Guru Indonesia.Gelar ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dan perhatiannya terhadap dunia pendidikan. Tidak main-main, acara yang mengusung tema Guru Bermutu, Indonesia Maju dan Guru Hebat, Indonesia Kuat, ini dihadiri langsung oleh Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla, Wakapolri Komjen Pol Ahmad Dofiri, hingga Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti.
Tak ketinggalan, ada pula Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Satryo Soemantri Brodjonegoro, Wakil Menteri Stella Christie, serta sederet pejabat lainnya yang turut hadir.Namun, dari sekian banyak tamu undangan, sorotan utama jelas tertuju pada Titiek Soeharto. Perempuan ini dikenal luas sebagai tokoh yang peduli terhadap pendidikan.
Saat menerima penghargaan, Titiek terlihat berusaha menahan haru, tetapi akhirnya tetap tersenyum penuh kebanggaan. Tanpa guru, kita semua tidak akan bisa berada di tempat seperti sekarang. Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang rela mengabdikan diri demi mencerdaskan bangsa, ujar Titiek dalam sambutannya yang diiringi tepuk tangan gemuruh dari peserta yang hadir. Kata-katanya sederhana, tetapi menusuk hati. Sebuah pengingat bagi kita semua bahwa ada banyak sekali guru yang tetap semangat menjalankan tugas, bahkan di tengah keterbatasan fasilitas.
Ketua Umum Pengurus Besar PGRI, Unifah Rosyidi, menjelaskan bahwa pemberian gelar ini tidak hanya sekedar simbolik. Ini adalah bentuk apresiasi kepada figur yang benar-benar menunjukkan komitmen nyata terhadap pendidikan. Harapannya, ini bisa menginspirasi lebih banyak pihak untuk mendukung guru, katanya.
Selain seremoni pemberian penghargaan, acara ini juga menjadi ajang refleksi nasional. Tema besar yang diusung mencerminkan semangat kolektif untuk memperkuat kualitas pendidikan di Indonesia. Di luar itu, ada satu momen menarik yang mungkin tidak terlihat di headline berita: Titiek Soeharto, di tengah keramaian acara, menyempatkan diri berbincang hangat dengan beberapa guru. Sebuah gestur kecil, tetapi cukup menggambarkan bahwa penghargaan ini bukan sekadar seremoni belaka. Guru hebat, Indonesia kuat. Tapi jangan lupa, penghormatan pada guru bukan hanya lewat gelar dan acara besar seperti ini. Mereka butuh perhatian serius: gaji layak, fasilitas memadai, dan lingkungan kerja yang kondusif.